Nabi Khidir dan Al-Mahdi

Nabi Khidir dan Al-Mahdi

Oleh: Ustadz Said Thalib al-Hamdani *

Seorang sufi, Syekh Abdul-Wahhab asy-Sya’rani, dalam kitabnya Al-Anwarul Qudsiyyah menjelaskan bahwa pada waktu berada di antara tidur dan sadar, ia seakan mendengar orang berkata-kata kepadanya. Namun, orang itu hanya dapat didengar suaranya, tidak dapat dilihat orangnya.

Ia (asy-Sya’rani) lalu menerangkan, “Siapakah dia yang berkata-kata itu?  Ketahuilah bahwa yang berkata-kata itu mungkin malaikat, wali, jin yang saleh, AL-KHIDIR as. (Nabi Khidir), dan atau lainnya. Al-Khidir as. masih hidup, tetap ada dan belum mati. Kami telah pernah menemui orang yang menjumpai Al-Khidir dan AL-MAHDI, yang daripada keduanya telah diambil tarekat golongan kami dan seterusnya.”

Dari beberapa kitab karangannya, Asy-Sya’rani kelihatan seperti seorang ahli sufi yang linglung, yang bertindak serampangan. Ia telah mengisi kitab-kitab karangannya dengan berbagai khurafat, kemusyrikan dan kesesatan. Ia telah menyebut-nyebut nama-nama Al-Khidir, Al-Mahdi, jin yang saleh, malaikat dan lain-lainnya.

Padahal telah diketahui bahwa Al-Mahdi itu adalah hanya seorang yang diciptakan oleh khayal politik Persia (lihat Tafsir Al-Manar). Sebenarnya ia (Al-Mahdi, Imam Mahdi) itu tidak berwujud, hanya di nyanyi-nyanyikan oleh golongan Syiah.


Sedangkan Al-Khidir, adalah seorang hamba Allah yang diutus Allah pada zaman Musa as. untuk memperlihatkan Musa bahwa di antara hamba-hamba Allah ada yang lebih pandai darinya.

Ini merupakan pendidikan dan peringatan bagi Musa, yang pernah berpidato di hadapan Bani Israil, lalu ada orang yang bertanya: “Adakah yang lebih pandai dari padamu, Musa?” Musa menjawab: “Tidak!”

Maka Allah mengutus Al-Khidir dengan bekal pengetahuan yang sedikitpun tidak diketahui oleh Nabi Musa. Menurut keterangan yang paling kuat, Al-Khidir telah MENINGGAL DUNIA sebelum Sayyidina Muhammad diangkat sebagai Nabi. Sebab, apabila ia masih hidup, tentulah ia akan mengunjungi Nabi dan percaya kepadanya. **)

(Dinukil dari buku “Sanggahan terhadap Tashawuf dan Ahli Sufi), S.A. Al-Hamdani; Penerbit: Al-Ma’arif, Bandung; Cet. 2 thn 1972; hal. 58-59)

*) Ustadz Said Thalib al-Hamdani adalah ahli fikih besar Al-Irsyad asal Pekalongan (Jawa Tengah). Ia telah menulis banyak buku tentang fikih dan juga bantahan terhadap tasawuf, yang umumnya dalam bahasa Arab. Ia juga dosen luar biasa di IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta.

**) Baca kitab Az-Zahrun Nadhir fi Hayatil Khidir, oleh Al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani (penulis kitab Fathul Baari).

One thought on “Nabi Khidir dan Al-Mahdi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *