TABIR DI MASJID UNTUK KAUM WANITA
Oleh: Al-Ustadz Said Thalib al-Hamdani **)
Memasang hijab atau tabir yang kita lakukan sekarang ini tidak ada di masa Rasulullah saw. Tidak ada hijab pemisah antara laki-laki dan perempuan. Lantas, dimanakah harus dipasang tabir? Kaum wanita keluar rumah tanpa memakai perhiasan, mereka memakai baju yang longgar, kudung mereka sampai menutup leher, maka tempat manakah yang lebih utama dipasang tabir? Di mushala kah ataukah di masjid?
Rasulullah saw. tidak pernah menyuruh untuk memasang tabir di masjid dan juga tidak pernah mempergunakan tabir di mushalla, tetapi Rasulullah saw. hanya memerintahkan kepada kaum wanita kalau ke masjid supaya pulang lebih dahulu dari pada kaum pria.
Ummu Salamah ra. berkata, “Adalah Rasulullah saw. apabila selesai salam beliau diam sejenak, dan mereka berpendapat bahwa maksudnya agar kaum wanita keluar (dari masjid) sebelum kaum lelaki keluar.” (HR. Abu Daud)
Rasulullah saw. juga melarang kaum wanita bangkit dari rukunya sebelum kaum lelaki bangkit terlebih dahulu.
Dari Sa’ad bin Sahl, ia berkata, “… dan kepada kaum wanita diperintahkan (oleh Rasulullah): ‘Janganlah kamu mengangkat kepalamu sebelum kaum lelaki duduk dengan lurus.'” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat an-Nasa’i diterangkan bahwa di dalam masjid Rasul disediakan pintu khusus untuk wanita.
Kaum wanita apabila menghadiri shalat jamaah setiap hari pasti terlihat oleh kaum lelaki. Dan mereka juga melihat laki-laki pada saat menantikan waktu shalat atau sebelum pulang dari masjid. Pada waktu demikian para wanita hanya diperintahkan untuk memakai pakaian yang longgar, menutupkan kudungnya sampai ke leher dan agar menghindarkan pandangan kaum lelaki. Mereka dibiarkan terbuka wajah dan kedua telapak tangannya sebagaimana Rasulullah saw. memerintahkan agar kaum laku-laki menutup pandangannya.
Kaum muslimin telah sepakat bahwa wanita disyariatkan untuk shalat di masjid dengan wajah terbuka serta kedua telapak tangannya. Kaum muslimin juga sepakat kalau wanita boleh berihram untuk haji dan umrah dengan cara demikian. Mereka harus pergi bersama mahramnya, bertawaf, wukuf di Arafah, melempar jumrah, dan sebagainya.
Demikianlah, tempat kaum wanita pada waktu shalat di masa Rasulullah saw., di masa sahabat, mereka tidak pernah menempatkan kaum wanita di belakang hijab atau tirai. ***)
———————-
*) Dinukil dari buku “Hari-Hari Besar Islam”, karya: HSA. al-Hamdani; alih bahasa: Agus Salim; Penerbit: Al-Ma’arif, Bandung; Cet. 1 thn 1980; hal. 61-63.
**) Ustadz Said Thalib al-Hamdani adalah ahli fikih besar Al-Irsyad kelahiran Pekalongan (Jawa Tengah). Ia telah menulis banyak buku tentang fikih dan juga bantahan terhadap tasawuf, yang umumnya dalam bahasa Arab. Ia juga dosen luar biasa di IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta.
***) Baca masalah hijab, dalam tulisan Syekh Muhammad Rasyid Ridha dalam buku Nida’ Jinsul Lathif, hal. 111-133.
BACA ARTIKEL LAINNYA: Sejarah Singkat Al-Irsyad
6 thoughts on “Tabir di Masjid”