Kunjungan Huub de Jonge (Peneliti Belanda) di Pusdok Al-Irsyad

Huub de Jonge di Pusdok

Pusat Dokumentasi dan Kajian (PUSDOK) Al-Irsyad Bogor saat ini telah menjadi salah satu rujukan para akademisi, peminat dan pemerhati sejarah, terutama sejarah tentang latar belakang, masa pertumbuhan, lahir dan berkembangnya gerakan dan pemikiran Al-Irsyad di Indonesia. Koleksi yang sampai dengan saat ini dihimpunnya adalah karya intelektual dari para pendiri dan ulama-ulama Al-Irsyad, kitab-kitab yang menjadi rujukan ideologi Al-Irsyad, majalah dan dokumen-dokumen otentik organisasi lainnya sejak tahun 1914. Koleksi tertua yang dimiliki dan berhubungan dengan latar belakang kelahiran ideologi Al-Irsyad adalah majalah Al-Urwatul Wutsqo yang diterbitkan di Paris pada tahun 1884 oleh Sayyid Jamaluddin Al-Afghani dan Muhammad Abduh.

Aspek kesejarahan organisasi pembaharuan Islam yang didirikan oleh Syaikh Ahmad Surkati tersebut juga terkait dan berhubungan erat dengan Komunitas Arab Hadrami di Nusantara. Karena itu, buku-buku dan dokumentasi lama yang berhubungan dengan komunitas Arab Hadrami yang menjadi koleksi PUSDOK Al-Irsyad Bogor telah pula mengundang banyak minat dan perhatian dari para peneliti sejarah, baik perorangan, komunitas sejarah maupun dari berbagai Perguruan Tinggi di Indonesia. Bahkan para peneliti asing dari berbagai negara seperti Jepang, Kuwait dan Belanda berkali-kali singgah dan memanfaatkan sumber-sumber langka tersebut.

Huub de Jonge, seorang dosen senior Antroplogi dan Ekonomi dari Radboud University Nijmegen, Belanda, di sela kegiatan ilmiahnya di Indonesia, berkesempatan pula mengunjungi PUSDOK Al-Irsyad Bogor pada hari Rabu, 22 Januari 2020. Mr. Huub yang datang bersama istrinya itu tiba di kota hujan pukul 14.00, dengan didampingi oleh Nabil Andul Karim Hayaze, Direktur Eksekutif Menara Center.
Huub de Jonge & Batarfi pigama di Pusdok
Huub de Jonge, seorang intelektual dan Indonesianis, dalam kujungannya kali ini mempresentasikan dan mendiskusikan buku baru berjudul “Mencari Identitas: Orang Arab Hadhrami di Indonesia (1900-1950)”. Buku ini merupakan kumpulan artikel yang ditulis oleh Huub selama bertahun-tahun, hasil penelitiannya di berbagai kota di Indonesia.

Dalam buku tersebut ia menulis tentang bagaimana komunitas Arab sebagai minoritas asing kedua di Hindia Belanda, selalu dipandang berorientasi kepada tanah negeri asalnya di Hadramaut. Tapi seiring dengan berjalannya waktu telah terintegrasi dengan baik ke dalam masyarakat Indonesia. Belakangan, peran mereka di beberapa bidang kehidupan tampak semakin menguat dan terlihat.

Huub de Jonge mengangkat beberapa topik menarik tentang komunitas Hadhrami pada paruh pertama abad ke-20, termasuk perlakuan diskriminatif pemerintah kolonial terhadapnya, perselisihan internal tentang posisi sayid dan non-sayyid, peranan majalah Aliran Baroe, pementasan Tonil Fatimah yang kontroversial, dan peran ganda sosok ilmuwan Snouck Hurgronje.

Kunjungan Huub de Jonge ke Pusat Dokumentasi dan Kajian Al-Irsyad Bogor disambut pula oleh seluruh pengurus Pimpinan Cabang Al-Irsyad Kota Bogor, para pengurus inti Pusdok, tokoh senior Al-Irsyad Bapak H. Geys Amar, Hadi Nur Ramadhan dari Pusat Kajian DDII/Pusat Dokumentasi Islam Indonesia Tamaddun, dan para jurnalis dari berbagai media Islam seperti Republika, Jurnalis Islam, Kiblat, dan lain-lain.
Huub de Jonge di Pusdok 1
Dalam memaparkan ringkasan isi buku barunya itu, Huub de Jonge banyak mendapat masukan, dukungan dan kritik dari peserta diskusi. Geys Amar SH, mantan ketua umum PP Al-Irsyad empat periode (1982-2000), misalnya menyinggung orientasi warga keturunan Arab dulu yang masih terikat dan memperhatikan tanah leluhurnya. Menurut Geys Amar, penelitian Huub itu nampaknya lebih terkonsentrasi pada masyarakat komunitas hadrami yang masih konservatif. “Padahal mayoritas keturunan Hadrami, apalagi yang tergabung dalam organisasi pembaharuan Islam, mereka sudah terintregrasi secara utuh dan berkontribusi secara kongkrit terhadap kemerdekaan Indonesia dan mengisi kemerdekaan di berbagai bidang,” kata Geys.

Diskusi berlangsung hidup dalam dialog yang interaktif antara Huub dengan para peserta, termasuk dengan perwakilan media Islam.
Huub de Jonge suasana diskusi di Pusdok
Di akhir acara, Huub de Jonge berkomitmen untuk membangun kerjasama dengan Pusat Dokumentasi dan Kajian Al-Irsyad Bogor, terutama mendukung adanya usaha dari “Tim Pengusul Pencalonan Syaikh Ahmad Surkati sebagai Pahlawan Nasional”. Dukungan Huub akan lebih dititik beratkan pada usaha dalam mengupayakan data-data dan dokumentasi yang berhubungan dengan Surkati dan Al-Irsyad di zamannya, yang dapat di akses di Perpusatakaan Leiden dan Nationaal Archief di Den Haag Belanda.

Kunjungan Huub de Jonge dan istri berakhir pada pukul 17.00. Mereka menyatakan sangat puas atas penyambutan kunjungan tersebut, yang menurutnya penuh dengan rasa kekeluargaan.
Huub de Jonge foto bersama di Pusdok
Huub membubuhkan tanda tangan pada buku karyanya untuk koleksi di Pusdok. Acara kunjungan diakhiri penyerahan Piagam Penghargaan dari pihak Pusdok kepada Huub de Jonge dan cindera mata kain kemeja batik berlogo Al-Irsyad. Huub menyatakan kain batik ini akan segera dibuatkannya baju kemeja dan akan dipakai khusus untuk acara seminar, dimana Huub sebagai nara sumbernya di kota Jeddah Saudi Arabia.

Sebelum diskusi, Huub de Jonge dan isterinya dijamu makan siang oleh pengurus PC Al-Irsyad Al-Islamiyyah Bogor di Restoran GATE Arabian Food, Empang.* (ABDULLAH BATARFI)

Huub de Jonge di Gate

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *