Awal Berdiri Al-Irsyad

AHMAD SURKATI DAN AWAL BERDIRI AL-IRSYAD

surkatiSetelah perbedaan pendapat dengan Jami’atul Khair tidak bisa diselesaikan lagi, maka Syekh Ahmad Surkati dengan tegar dan penuh keyakinan meninggalkan Jamiatul Khaair pada 1914. Surkati pun bersiap untuk kembali ke Mekkah guna meneruskan kembali pendidikannya di kota suci itu yang terpaksa ditinggalkannya karena panggilan jihad yang lbih besar di Indonesia.

Tapi, niat Surkati itu dicegah oleh para sahabatnya, terutama Umar Yusuf Manggus, yang menjabat sebagai Kapten Arab di Jakarta sejak 28 Desember 1902. Mereka membujuk agar Surkati meneruskan aktifitas pendidikannya di Jakarta, setidak-tidaknya menangguhkan kepulangannya ke Mekkah hingga lepas Ramadhan dan berlebaran Syawal dulu di Jakarta.

Berkat usaha sungguh-sungguh dari Syaikh Yusuf Umar Manggus, dibantu oleh Sayyid Saleh bin Ubaid Abdat 1) dan Sayyid Said Masy’abi, Surkati lalu dipindahkan dari rumah yang disediakan untuknya oleh Jamiatul Khair di Pekojan, yang memang sudah diminta kembali oleh yang bersangkutan, ke rumah baru di Jalan Jatibaru 12 2), Batavia. Di rumah itulah kemudian pada 15 Syawwal 1332 H atau bertepatan dengan Ahad 6 september 1914 M dibuka secara resmi Madrasah Al-Irsyad Al-Islamiyyah di bawah pimpinan Ahmad Surkati.

Tidak lama setelah Surkati keluar dari Jamiatul Khair, keluar pula para guru yang berasal dari Mekkah, baik yang datang bersama Surkati maupun yang dating atas jasa Surkati. Sebagian mereka kembali ke Mekkah dan sebagian tetap tinggal di Indonesia dan bergabung dengan Al-Irsyad sampai akhir hayat mereka di Indonesia. Di antara mereka itu termasuk saudara sekandung Surkati, Abul Fadhel Muhammad Assati al-Anshari (wafat di Jakarta, 16 oktober 1944), Syaikh Muhammad Nur Muhammad Khair al-Anshari (wafat di Jakarta, 29 Desember 1955), dan lain-lain.

Ijin untuk pembukaan dan pengelolaan Madrasah Al-Irsyad Al-Islamiyyah itu berada di tangan dan atas nama Surkati. Berdasarkan Ordonansi Guru 1905 (Staadsblad 550/1905) yang mengatur kegiatan pendidikan Islam, beban tanggung jawab Surkati akan terasa tidak terlampau berat apabila Madrasah itu dinaungi oleh satu organisasi yang teratur dan berstatus Badan Hukum. Maka dipersiapkanlah berdirinya Jam’iyyah Al-Ishlah wal Irsyad Al ‘Arabiyyah.

Sementara permohonan pengesahan diajukan kepada Gubernur Jenderal A.W.F. Idenburg, pengurusan Madrasah dilaksanakan oleh suatu badan yang diberi nama Hai-ah Madaaris Jum’iyyatul Irsyad yang diketuai oleh Sayyid Abdullah bin Abubakar Al-Habsyi. Meskipun pengesahan dari Gubernur Jenderal belum lagi keluar, Syaikh Umar Yusuf Manggus telah berhasil menyewa gedung bekas Hotel ORT yang tidak berfungsi lagi di Molenvliet West 3), Jakarta, guna memenuhi kebutuhan yang amat mendesak karena perhatian dan peminat yang luar biasa. Perhimpunan Al-Irsyad sebagai Badan Hukum akhirnya memperoleh Pengakuan Hukum dari Gubernur Jenderal pada 11 Agustus 1915 melalui Keputusan Nomor 47, yang disiarkan dalam Javasche Courant nomor 67, tanggal 20 Agustus 1915.

Sejak itu Al-Irsyad, yang oleh R.J. Gavin dalam bukunya Aden Under British Rule 1839-1967 4) dinyatakan bertujuan to promote Surkati’s socially subversive opinions, akhirnya meluncur laksana meteor, penuh energy dan vitalitas yang kian hari kian besar, meninggalkan Jamiatul Khair jauh di belakangnya. *

Dikutip dari buku: AL-IRSYAD MENGISI SEJARAH BANGSA (H. Hussein Badjerei), 1996, Presto Prima Utama, halaman 32-33.

———————

1) Pendiri/Ketua Stichting Saleh Obaid Abdat yang memiliki Hotel Des Galeris, terletak di pusat kota Jalan Molenvliet Oost (kemudian dikenal dengan Hotel Dewi Gajatri/Melati, Jalan Hayam Wuruk No. 1, Jakarta), yang waktu itu merupakan hotel termegah kedua di Batavia. Yang pertama adalah Hotel Des Indes (Duta Indonesia).

2) Kemudian dikenal sebagai  Jalan Jati Petamburan, sekarang dikenal sebagai Jalan Aipda KS Tubun Raya.

3) Sekarang dikenal sebagai Gedung Kejaksaan Negeri Jakarta Pusat, Jalan Gajah Mada.

4) Terbitan London, tahun 1936, hal. 267.

BACA ARTIKEL LAINNYA:
Sejarah Singkat Al-Irsyad
Tabir di Masjid untuk Kaum Wanita

13 thoughts on “Awal Berdiri Al-Irsyad

  1. SILSILAH KELUARGA BESAR MANGGUS :Yusuf Manggus -> Umar Manggus -> Abdullah Manggus -> Muhammad Manggus -> Husni Manggus -> Muhammad Naufal Manggus

    1. Husni, masya Allah. Jadi antum cucu buyutnya Syekh Umar Manggus? Darah antum termasuk yang paling biru di Al-Irsyad. Tulis dong kisah-kisah Syekh Umar yang mungkin pernah antum dengar dari jid atau abah antum.

  2. Afuan Akhi Alirsyad Ana boleh dibilang mati obor krn ana di tinggal sama Abah Ana Muhammad Manggus waktu itu ana masih kelas 4 SD abah ana Wafat jadi Abah ana blon banyak cerita sama ana makanya ana tau juga dari internet

  3. SILSILAH KELUARGA BESAR MANGGUS :Yusuf Manggus -> Umar Manggus -> Abdullah Manggus -> Ahmad Manggus -> Cholid Manggus -> Reza Manggus -> Muhammad Refanshah Reza Manggus & Muhammad Fahrezi Reza Manggus..

  4. Subahanalloh jadi ente anak Cholid Manggus bin Achmad Manggus (ami Ana) dong ..ma’af antum yg tinggal dimana nih ?

  5. Assalamualaikum.wr.wb
    Saya dari cilejit bogor keluarga dari H. Umar Manggus. Ingin tau silsilah dan sejarah dari Syekh Umar bin Yusuf Manggus. Untuk silaturahmi dan menambah pengetahuan tentang keluarga manggus.
    Terimakasih

    1. Masya Allah… senang sekali bisa berkenalan dengan kerabat pendiri dan pilar utama Al-Irsyad, Syekh Umar Manggus. Fodhol antum temui ketua Pusdok Al-Irsyad, Abdullah Batarfi, di sekretariat Al-Irsyad Bogor, Jl. Pekojan, Empang. Kalau perlu no kontaknya ana kasih nanti. Abdullah tahu sedikit data tentang Syekhul Irsyad, Umar Yusuf Manggus

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *