Puasa dan Al-Qur’an
Oleh: Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy (1904-1975)
(Murid Syekh Ahmad Surkati dan Rektor Universitas Al-Irsyad, Solo)
Fakhruddin ar-Razi dalam Tafsir Mafatihul Ghaibi berkata, “Allah swt. telah mengistimewakan bulan Ramadhan dengan menurunkan Al-Qur’an di bulan itu. Maka dari itu, Allah pun mengkhususkan bulan itu dengan sebuah ibadat yang sangat istimewa, yaitu puasa. Puasa itu suatu senjata yang menyingkapkan tabir-tabir yang menghalangi kita (manusia) dari memandang Nur Ilahi Yang Mahakudus.”
Allah memfardhukan puasa Ramadhan atas kita (umat Islam) dan menjadikan puasa itu sebagai salah satu rukun asasi agama Islam agar Al-Qur’an tetap diingat dan dimuliakan oleh umat Islam. Sebab, Al-Qur’an adalah nikmat yang tiada taranya yang Allah limpahkan kepada kita di bulan puasa itu.
Ibadah puasa yang difardhukan di bulan Ramadhan ini merupakan manifestasi rasa syukur kita kepada Allah ayas hidayah-Nya (Al-Qur’an) yang Dia limpahkan itu.
Orang-orang yang beriman (mukminin) membuka hari-harinya di bulan Ramadhan dengan mengucapkan: “Ya Tuhanku, dengan nama Engkau aku berpuasa.”Dan menutup harinya dengan ucapan: “Tuhanku, dengan nama-Mu aku berbuka.”
Sedangkan waktu yang terbentang antara berbuka dan berpuasa, sebagiannya dipergunakan oleh kaum mukminin untuk ruku dan sujud, dan sebagiannya untuk membaca Al-Qur’an.
Inilah program rutin yang mesti dilakukan oleh seorang mukmin di bulan Ramadhan.
Bulan Ramadhan juga merupakan bulan awal dimulainya gerakan membasmi kemusyrikan di permukaan bumi. Di bulan Ramadhan ini Muhammad saw. menerima tugas risalah untuk pertama kalinya, yang harus dijalankan sebagai seorang Rasul.
Di bulan Ramadhan yang suci ini pula, Allah Ta’ala memerintahkan Muhammad melepaskan kain selimutnya untuk bangkit membasmi penyembahan berhala dan untuk membesarkan nama Allah.
Dalam bulan Ramadhan ini, Allah juga menghancurkan kekuasaan Quraisy dan mematahkan kecurangan mereka. Dan Perang Badang merupakan tonggak sejarah gemilang kaum muslimin atas kaum musyrik.*
Sumber: Buku “PEDOMAN PUASA”, karya Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy.
One thought on “Puasa dan Al-Qur’an”