Syekh Hasan Argubi (1903-1953)
Oleh: Abdullah Batarfie (ketua Pusdok Al-Irsyad Al-Islamiyyah Bogor)
Ia adalah menantu tokoh terkemuka dan salah satu pendiri Al-Irsyad Syekh Umar bin Yusuf Manggus. Syekh Hasan Argubi adalah lulusan Madrasah Al-Irsyad Pekalongan yang menikah dengan Ibu Nonong Manggus. Ibu Nonong adalah tokoh dan aktivis Wanita Al-Irsyad di Jakarta.
Syekh Hasan Argubi menggantikan dan meneruskan jabatan mertuanya sebagai Kapten Arab yang berakhir pada 1931. Umar Manggus dilantik sebagai Kapten Arab Batavia pada 28 Desember 1902 dengan didampingi oleh Ali bin Abdullah bin Asir yang berkedudukan sebagai Letnan Arab.
Sebagaimana mertuanya, Hasan Argubi adalah pengikut setia Syeikh Ahmad Surkati dan selalu berada disampingnya hingga akhir hayat ulama besar itu. Ia mendarma-baktikan hidupnya dalam aktivitas dan perjuangan Al-Irsyad di segala medan dan situasi.
Kedekatan dan kebaikan Syech Hasan Argubi dilukiskan oleh Syaikh Ahmad Surkati pada syairnya dalam buku Al-Khawaathir Al-Hisaan. Ia dengan setia selama berbulan-bulan mendampingi dan menemani Surkati selama dalam perawatan matanya yang membuatnya buta setelah tiga kali dilakukan operasi mata di RSCM Jakarta, dahulu masih bernama CBZ (Central Bergelijk Ziekenin Rachting), di Jalan Oranje Boulevard, Batavia. Syekh Ahmad Surkati bahkan pernah melarangnya untuk tidak menemaninya terus menerus di rumah sakit, karena khawatir berdampak kepada aktivitas bisnis Hasan Argubi. Larangan tersebut tak dihiraukannya karena baginya Surkati bukan saja sebagai seorang guru yang menjadi teladannya, akan tetapi lebih dari itu, Surkati baginya adalah ayah sekaligus sahabat seperjuangannya.
Dia pula yang membawa Surkati untuk istirahat sementara waktu dengan menyewa sebuah pesanggrahan di Kota Batu, Buitenzorg (Bogor). Dan menemaninya selama istirahat guna menghibur Syekh Surkati setelah ditimpa ujian kedua matanya yang sudah tidak dapat melihat lagi.
Hasan Argubi pertama kali duduk dalam Hofdbestuur (Pengurus Besar) Al-Irsjad setelah Kongres Al-Irsyad di tahun 1927, dengan ketuanya saat itu Ali Moegits. Sejak itu, ia hampir tak pernah absen duduk serta terlibat aktif dalam kepengurusan Al-Irsyad di tingkat nasional, termasuk mengetuai stichting (Yayasan) Al-Irsyad Al-Islamiyyah yang didirikan dan pertama kalinya diketuai oleh Syaikh Ahmad Surkati. Karena itu lebih populer disebut pula sebagai stichting soorkatty.
Dalam pergerakan wawasan kebangsaan melalui usaha persatuan kaum peranakan Arab, ia ikut andil dan merupakan pemula dalam gagasan pendirian Persatuan Arab Indonesia (PAI) yang diketuai oleh AR Baswedan. Pada 11 September 1934, dalam sebuah pertemuan tokoh-tokoh Arab yang berlangsung di kediamannya di Batavia, ide pembentukan PAI dicetuskan dan disepakati rencana penyelenggaraan Kongresnya yang pertama di kota Semarang.
Pada 7 April 1952 bersama-sama dengan para pemuka Islam di Jakarta dengan dukungan penuh Gubernur Jakarta Syamsurizal saat itu, ia juga ikut mendirikan Yayasan Pesantren Islam yang belakangan diperbaharui namanya menjadi Yayasan Pesantren Islam (YPI) Al-Azhar.
Yajasan Pesantren Islam Al-Azhar memperoleh sebidang tanah yang terletak di daerah Kebayoran yang pada waktu itu merupakan daerah satelit di Ibukota Jakarta. Di atas tanah itulah pada tahun 1953 mulai dilaksanakan pembangunan sebuah masjid besar dan rampung pada tahun 1958, yang kemudian dinamakan Masjid Agung Kebayoran. Pada tahun 1961 masjid ini resmi menggunakan nama Al-Azhar setelah kunjungan Syekh Mahmoud Syaltout, Grand Syekh Al-Azhar Cairo, ke Indonesia.
Selain Hasan Argubi, yang menjadi pionir pendirian YPI dan pembangunan Masjid Agung Al-Azhar Kebayoran, terdapat nama-nama lainnya dari pemuka Arab dan alumni Al-Irsyad. Mereka itu adalah Faradj Awad Martak, KH Abdullah Salim, Rais Chamis dan Toebagoes Syoe’aib Sastradiwirja.
Faradj Awad Martak adalah pengusaha berdarah Arab Hadrami yang menghibahkan rumah bersejarah di Pegangsaan Timur 56 yang sekarang menjadi Tugu Prokalamasi Kemerdekaan Indonesia, tempat dibacakannya teks Proklamasi Kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. Sebelumnya dipakai sebagai tempat kediaman Bung Karno dan keluarganya.
Sedangkan Toebagoes Syoe’aib Sastradiwirja (1894-1972) adalah alumni Madrasah Al-Irsyad Jakarta di bawah didikan dan asuhan Syekh Ahmad Surkati. Syoe’aib pernah duduk dalam Pengurus Besar Al-Irsyad dan juga merupakan pendiri sekaligus ketua pertama Persatuan Ahli Gambar Indonesia (PERSAGI) yang dibentuk pada 23 Oktober 1938 di gedung sekolah Al-Irsyad di Chaulan Weg, dekat dengan Gang Kaji. Chaulan Weg sekarang bernama Jalan KH Hasyim Asy’ari.
Kini YPI Al-Azhar telah berkembang pesat dengan berdirinya lembaga pendidikan dari tingkat Taman Kanak-Kanak hingga Perguruan Tinggi. Bahkan telah mengembangkan sayapnya dengan mendirikan cabang-cabangnya di berbagai kota di Indonesia.
Sumber: http://batarfie.blogspot.com/2018/06/sejech-hasan-argoebie-1903-1953.html?m=1
Sangat memerlukan infomarsi Umar bin Yusuf Manggus.
Assalamualaikum.wr.wb
Saya dari cilejit bogor keluarga dari H. Umar Manggus. Ingin tau silsilah dan sejarah dari Syekh Umar bin Yusuf Manggus. Untuk silaturahmi dan menambah pengetahuan tentang keluarga manggus.
Terimakasih