Kongres Jubelium Al-Irsyad 1939 di Surabaya
Kongres Jubelium atau Peringatan 25 Tahun Al-Irsyad secara besar-besaran diselenggarakan di Surabaya dari 26 September sampai 1 Oktober 1939. Kongres ini diberi nama Kongres Al-Irsyad ke-25. Sebelum ini, lembaga tertinggi yang dikenal di Al-Irsyad adalah Rapat Umum Anggota yang diselenggarakan setiap tahun dari awal berdirinya (1914) sampai 1939.
Rapat Umum Anggota (RUA) tahun 1939 merupakan RUA terakhir yang diselenggarakan Al-Irsyad menurut gaya lama. Dalam RUA itu diputuskan, bila Kongres Jubelium di Surabaya menetapkan perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yang kemudian disahkan pemerintah, maka Hoofdbestuur (Pimpinan Pusat) Al-Irsyad siap untuk menyesuaikan diri dan berjalan menurut ketentuan baru.
Dalam RUA yang tepatnya diselenggarakan pada 27 Agustus 1939 di kompleks sekolah Al-Irsyad Petojo Jagamonyet 19, Batavia, diputuskan untuk mengangkat kembali Ahmad Masy’abi sebagai ketua Hoofdbestuur Al-Irsyad, Ali Said Mughits sebagai wakil ketua, Abdullah Badjerei dan Ali Harharah sebagai sekretaris I dan II, serta Ahmad Abdullah Mahri sebagai bendahara, dan Umar Naji Baraba sebagai penasihat. Sebagai pembantu diangkatlah: Abdulhabib Elly, Ali Hubeish, Muhammad Munif, Usman Bahrak, Salim Albakri, Umar Khamis, dan Umar Muhammad Mahri.
Panitia Kongres Al-Irsyad ke-25 atau Jubelium ini diketuai oleh Muhammad Bahwal dengan Ahmad Salim Mahfudh sebagai sekretaris. Kongres ini dihadiri pula oleh Syeikh Ahmad Surkati yang mendapat kehormatan besar sekali dari warga Al-Irsyad. Dari Hoofdbestuur (Pimpinan Pusat) Al-Irsyad hadir antara lain Umar Naji Baraba, Ali Harharah, Muhammad Munif, Abdullah Badjerei, dan lain-lain.
Pada resepsi pembukaan tampak hadir wakil-wakil dari MIAI, JIB, PSII, Muhammadiyah, NU, PII, PAI, Tasywirul Afkar, dan lain-lain. Juga wakil-wakil dari beberapa media massa.
Bagi Al-Irsyad sendiri Kongres ini merupakan tahapan penting dalam sejarah perkembangannya , sebab dalam Kongres ini ikut pula berkongres cabang-cabang Nahdhatul Mu’minat yang dalam Kongres ini mengganti nama menjadi Al-Irsyad Bagian Isteri. Juga ikut berkongres cabang-cabang Pemuda dan Kepanduan Al-Irsyad. Dengan demikian kian dirasa perlu untuk menata kembali organisasi sesuai kebutuhan dan perkembangan mutakhir itu. Hanya saja itu membutuhkan waktu yang cukup panjang untuk merealisasikannya. Kongres ini bisa dikatakan merupakan titik awal dari masa peralihan kelembagaan Al-Irsyad.
Salah satu hasil keputusan Kongres atau Muktamar Surabaya itu adalah dibentuknya Majlis Tarjih dan Fatwa, Majlis Pendidikan dan Pengajaran, Majlis Pemuda dan Kepanduan, dan Majlis Bagian Isteri.
Menindaklanjuti keputusan Muktamar itu, Hoofdbestuur Al-Irsyad pada 23 Februari 1940 telah menerbitkan Surat Keputusan (SK) pembentukan Majlis Tarjih dan Fatwa dengan Syeikh Ahmad Surkati sebagai ketua, dibantu oleh Abdullah Aqil Badjerei sebagai sekretaris. Duduk sebagai anggota Majlis Tarjih ini adalah Umar Naji Baraba, Said Abdullah Thalib Alhamdani, Umar Salim Hubeish, dan A. Hassan. Pemberitahuan kepada A. Hassan yang tokoh Persis ini disampaikan ke Bangil saat yang bersangkutan baru saja pindah dari Bandung ke Bangil.
Dalam rangka memperbaiki proses pengajaran dan mencari kesatuan sistem pengajaran dan kurikulum, Hoofdbestuur Al-Irsyad Bagian Pendidikan dan Pengajaran menjalin kontak dengan Pengurus Besar Muhammadiyah, Persyarikatan Ulama Indonesia (PUI) di Majalengka, Persatuan Islam, dan Pimpinan Pusat AII.
Sesuai pula dengan Keputusan Kongres di Surabaya itu, Al-Irsyad beberapa waktu kemudian telah memiliki atribut seperti peci, lencana, dan lain-lain.*
SUMBER: Al-Irsyad Mengisi Sejarah Bangsa, oleh Hussein Badjerei, penerbit Presto Prima Utama, 1996, hal. 148-149.